Pages

Jumat, 21 Juni 2013

Maslahah Mursalah((presentasi STAIN Pamekasan Madura))


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.
Agam Islam adalah agama yang “Rahmatu Al-alamiin” bagi setiap manusia baik yang muslim atupun yang non muslim, didalam landasan islam terdapat aturan-aturan yang wajib di dilaksanakan bagi pemeluk agama islam, dari hukum iabahnya maupun muamalatnya, karena Islam sendii terbentuk dari adanya budaya jahiliyah yang menerpa masyrakat Arab pada zaman dulu, mulai dari membunuh anaknya yang yang berjenis kelamin perempuan , Karena mereka mengaggap lahirnya buah hati yang berjenis kelamin perempuan itu akan membuat mereka hina. Dengan adanya Nabi Muhammad Saw, tradisi nista itu dapat dihapuskan hingga pradaban jahiliyah pun mulai mengalami dekadensi.
Menanggapi sebuah sejarah yang berkenaan dengan zaman jahiliyah itu, peneliti ingin merasionlismekan makna dari sebuah perjodohan yang dilakukan oleh Masyrakat Madura, utamanya masyrakat kampung halelah yang menjadi objek penelitian, Tradisi ini semakin bergantinya masa, semakin melekat dikalangan orang tua, seakan dia punya hak priogatif sendiri terhadap keberlanjutan anaknya dimasa yang akan datang, dan mereka ( parang orang tua ) cendrung aprioritas (tidak mau tahu ) terhadap rasa yang dimiliki anaknya.
Dalam penelitian yang sifatnya sederhana ini, Kajian yang prioritasnya  adalah mengenai Nilai dan penilaian Masyrakat kampung halelah tentang adat yang berkelanjutan itu, dengan metode aksiologi filsafat umum, adanya penelitian ini, dengan harapan adanya kritikan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini, dan penggapan secara segnifikan tentang adanya tradisi perjodohan itu.dan berdassarkan pemaparan diatas peniliti akan lebih memfokuskan kepada “Nilai yang terkadung dibalik perjodohan yang ada di kampung Halelah”

B.     Rumusan Masalah.
Bertitik tolak pada pemaparang yang telah di paparkan, dapat dirumuskan persoalan pokok peneltian yaitu: Apakah nilai yang terkandung dibalik perjodohan yang ada dikampung Halelah.
C.     Tujuan Penelitian
Agar adanya persepektif yang kurang dimata masyrakat luar Madura, tujuannya adalah mengidentifikasiakan nilai yang terkandung dibalik perjodohan yang ada di kampung halelah.
BAB II
PEMBAHASAN
( kajian pustaka dan hasil penelitian )
A.    Internalisasi Adat Perjodohan
Perjodohan adalah sesuatu yang sifatnya memakssa anak untuk menyetujui kehendak orang tuanya, yang dalam interpretasinay anak sebagai objek atas kehendak orang tua untuk dijodohin denggan pilihan yang dkehendaki orang tua , bukannya setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini mempunyai rasa yang harus dipertahankan, maka secara tidak lansung para orang tua  telah mengambil hak kepemilihan seorang pendamping hidup anaknya.biasa terdengar ditelinga adanya adegium yang sering dilontarkan orang tua , ketika anaknya tidak mau menuruti prmintaan orang tuanya “tidak yang namamya orang tua yang ingin mencelakakan anaknya, melainkan orang tua ingin memberikan yan terbaik untuk anaknya” dibalik wacana itu, apakah kata-kata itu tulus dari dalam hati atukah rayuan beaka.
Kebiasaan tidak akan luntur selagi adanya suatu infrastruktur yang mendukung adanya praktek perjodihann itu, persepsi diantara masyrakat satu dan massyrakat yang lainnya tentu berbeda,  karena dalam satu kampong dan kampong lainnya mempunyai sejarah berbeda-beda mengenai perjodohan itu.ada yang memasrahkan kepada anaknya afa juga yang tidak mau tahu apa kata Hati anaknya, Mungkin orang tua memandang lelaki baik kkarena dia menilai dengan logikanya, entah itu berwujud materialistiknya maupun spiriritualistiknya, kalu remaja sekarang biassanya hanya melihat dan menilai pada ketampanan dan kecantikan belaka tanpa adanya dominasi sedikitpun ke-inner beautifulannya.

B.     Pandangan Masyrakat Halelah tentang perjodohan .
Adat tidak akan pernah sirna di kalangan masyrakat selagi Masyrakat tersebut mengetahui sejarah yang terkandung dari sebuah adat sendiri,Meskipun Masyrakat selain Madura khususnya Halelah tidak berkenan memakai adat itu, tapi Masyrakat Halelah tetap mempertahankan, Karena disetiap kawasan atau daerah yang ada di bumi ini pasti mempunyai perbedaan yang setidaknya adanya perbedaan itu, akan menjadikan Negara ini berbasis “baldatu attoyyibah wa robbu al qhofur”.
Banayak pakar social yang membicarakan tolak Masyrakat yang dinamis ketika terjun dikalangan Masyrakat, diantaranya ; Masyrakat akan dikatakan dinamis apabila dalam dalam satu interaksi kesosialan dia selalu ikut serta dalam mempertahankan keafsahan, tidak serta merta apriori terhadap kepentingan sebdiri melainkan juga melakukan adat yang ada di daerah itu,
Adapun tolak ukur berkembangnya adat itu ialah teralisasinya system, yang system itu datangnya dari nenek moyang yang telah mewarisi beberapa kebiasaan yang ketika di formalistakan ada beberapa factor yang akan menghilangkan ciri khas dari daerah itu sendiri,seperti perkembangan teknologi juga mempengaruhi kesucian adat, meski adat itu di pandang suatu yang primitife, tapi banyak orang mengakui dampak yang terjadi apabila sisatu daerah tidak dapatt mempertahankan adat dan budayanya, membahas tentang adat, Apakah budaya perjodoha itu merupakan hal yang harus dijaga dan dipertahankan,? Hal ini akan dibahas pada pembahassan yang kajiannya mengenai dengan nilai dan penilaian secara kacamata aksiolaogi filsafat.

C.     Kajian Aksiologi dalam Sinergi Perjodohan.

1.      Nilai yang terkandung dari adat perjodohan.
Sebelum membahas lebih dalam peneliti  mencoba memberikan salah satu statement yang berhubungan dengan perjodohan itu, Manusia hidup di muka bumi ini tujuannya sebagai halifah, mengenai halifah ini tidak terlepas dari suatu penilaian Alllah terhadap ummatnya, begitu pula dengan perjodohan, Sebenarnya , berdasrkan penelitian yang telah dilakukan. Bahwa Masyrakat halelah menjodohi anaknya itu telah melakukan observasi, baik secara keterunan dan ekonomi masa yang akan datang, dan biassanya perjodohan itu terjadi sesama family, missal sepupuan, di samping dari segi family kadangkala orang tua dihalelah, terkesan pada tingkah laku seorang pemuda dikampungnya sehinnga dia ingin meminanganya, biasanya perjodohan yang terakhir ini, dilakukan oleh para kiyai, yang tujuannya, agar kelak bisa menjadi ganti meneruskan kelembagaannya.
Nilai-nilai yang ada dikampung Halelah ini, sudah jelas ialah hanya untuk menyambung kekeluargaan, tidak lebih dari itu, Namun dari sebagian orang disana mengatakan bahwa, adat ini muulai tidak diindahkan oleh anak-anaknya, sekitar 50% dari anak-anak,Khususnya remaja disna lebih memiih kawiin lari daripada dijodohkan, sehinngga, orang tua terpaksa menuruti apa yang dikatakan orang tuanya,
Mengenai dengan praktek ini sediri, peneliti sempat menanyakan kepada seorang yang berdomosili dikampung halelah tentang alur yang biasanya dilakukan oleh Masyrakat ada bebrapa tahap diantaranya.
1.      Nyabe’ oca’.(nitip anaknya agar idak dinikahkan dengan orng lain )
2.      Memintanaya.(   dengan membawa sjian pelengkap agar lebih meyakinkan)
3.      Melamarnya.(ialah praktek yang biasanya digunakan ketka sudah mau dinikahkan)


2.      Penilaian Mengenai perjodohan.
Peneliaan terkait problematika ini peneliti akan menyajikannya dengan dua sisi yang pertama anggapan yang muncul dari Masyrakat halelah sendiri, dan yang kedua anggapan dari remaja sekaranga
·         Penilaiaan Masyrakat.
Sesuatu yang menjadi kebiasaan, berpengaru juga bagi hokum, perjodoan telah menjadi satu kesatuan yag tidakk dapat dipisahkan dari kehiidupan halelah, masa bodoh orang lain mengatakan itu tidak layak digunakan, tapi kemauan orang tua di halelah hanyalah mempersembahkan yang terbai buat anaknya.
·         Penilaian Remaja
Sumgguh rumit dan seakan para remaja merasa kehilangan rasa untuk menyukai orang lain, pasalnya orang tua mereka memaksa terus agar menuruti kemauannya, bukankah itu itu suatu intemendasi bagi remaja sekranag (lina), bukan memberikan sebuah kebahagiaan melainkan penderitaan yang tak kunjung henti.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Dari ulasan pennelitian yang sederhana itu, dapat digaris bawahi, perjodohan yang ada di Masyrakat Madura khususnya halelah, ada beberapa sisi positif dan negative, dan antara anak dan ornag tua terjadi sebuah kontradiksi keluarga; tujuan pun bebrbeda-beda, kalau orang tua ingn memberikan yang terbaik untuk anaknya, sedangkan anaknya membela keberadaan rasanya, tanpa melihata silsilah keturunannya.





0 komentar:

Posting Komentar