Pages

Selasa, 31 Desember 2013



CATATAN KECIL TENTANGKU
Hemi'z Misbah
Berawal dari harapan orang tuaku dengan sejuta ikhtiar dan do’a, aku lahir di permukaan bumi ini dengan tangis bahagia yang tepancar dari rawut keluargaku, meski pada saat itu aku belum bisa merekam keadaan sekitar, tapi setidaknya aku bisa membaca dari prosesi  kelahiran saudara saudaraku. Betapa perjuangan ummiku dalam mempertaruhkan nyawanya demi keselamtan anak anaknya, hal itulah yang menjadi harga mati bagiku untuk slalu berbakti dan menuruti apa yang diperintahkan orang tuaku.
Di desa yang kecil dan kumuh aku menjalani ritual hidupku, mulai aku tak mengenal aksara latin hingga aku bisa membacanya dengan terbata bata. Dimasa aku kecil dulu aku slalu menjadi bahan omelan orang tuaku mulai dari kesalahan yang kecil sampai kesalahan yang besar, hukumannya mesti pukulan yang terbuat dari rotan, dan sungguh itu sangat menyakitkan dan lama sembuhnya. Dan maklum abiku memang orang yang keras dan tidak mudah memberikan toleransi pada setiap kesalahan anak anaknya, sampai akhirnya setelah aku sudah duduk dibangku kelas dua Sekolah dasar, abi dan ummiku ingin bekerja di Arab Saudi disebabkan factor ekonomi yang tidak mencukupi untuk kelangsungan hidup. Jadi mulai aku kelas dua SD sampai kelas satu SMA aku hidup bersama kakekku dengan mengandalkan kiriman dari orang tuaku yang berada di negeri Arab sana.
Selama aku ditinggal kedua orang tuaku, dalam kurun waktu 8 tahunan, sikap marah marah dan gampang emosi juga mewaris ke kakekku, dan aku slalu dan adekku slalu disisihkan dari anak anaknya sampai uang jajanpun antara anaknya dan aku lebih besar anaknya sendiri dengan slisih jauh, padahal uang itu hasil dari kiriman orang tuaku. Dan mulai usia sedini  itu aku mulai diajari untuk nelfon sama orang tuaku yang ada di Arab sana untuk meminta kiriman yang banyak, tanpa kakekku mengerti betapa abi dan ummiku disana juga bekerja dengan panting tulang sampai keluar keringat kuning, sedang kakekku hanya bisa merengek dan merengek tanpa adanya rasa syukur sedikitpun.
Tapi keadaan itu tidak membuatku tertekan, aku slalu berusaha menutup nutupi cela kakekku dan biar bagaimanapun beliau tetap kakekku yang harus aku hormati layaknya orang tuaku sendiri. Dan Alhamdulillah semenjak aku duduk di bangku sekolah SD dan Madrasah Diniyah aku slalu mendapatkan bintang kelas yang akhirnya berdampak keterimanya aku disalah satu sekolah menengah pertama (SMP) di kota sampang yang kata semua orang SMP yang saya masuki itu salah satu SMP favorit no 1 di kota Sampang, hal yang membanggakan dan menjadi salah satu tolak ukur sendiri bagi masa depan saya.
Di kota sampanglah aku hidup dengan bemodalkan kegigihan untuk merubah pola hidup, meski kadangkala kiriman saya kurang memadahi untuk kebutuhan sehari hari. Perlahan aku jajaki pansnya kota sampang dengan penuh kesabaran hingga akhirnya aku mendapatkan ringking no 1 di kelas yang unggulan juga di SMP itu, rasa banggapun terus terucap saat aku mengabarkan berita suka itu kepada abi dan ummiku yang ada di Arab Saudi sana.

Tapi entah itu cobaan atau tegura dari yang maha kuasa, aku juga gak tahu. Tepatnya waktu aku sudah lulus tes seleksi masuk di SMA Negeri 2 sampang, seketika aku mendapatkan telfon dari kakekku, beliau mengabarkan bahwa abi dan ummiku kenak taplis sehingga harus pulang ke Madura dan tidak bias melanjuti pekerjaannya di Arab Saudi. Hati kecilku berbisik “kepada siapa lagi yang akan menaggung biaya sekolahku dan adek adekku”. Keadaan itu tidak menjadikan aku larut dalam kesedihan. Dengan kiriman yang seadanya aku mulai menata kehidupan yang sederhana lagi, mulai makan yang basanya tiga kali berubah menjadi dua kali,namun yang terjadi pada prestasiku mulai menurun dan tak satupun prestasi aku dapatkan dalam hal akademikku, ya ! mungkin cambukan keberadaan orang tuakulah yang memberikan aku bebanyang berdampak kepada ketidak sanggupan diriku untuk menjalni ini semua seorang diri.
Tiga tahun aku jalani kehidupan putih abu abuku dengan selebrasi dengan penderitaan dan ketidak mengertianku pada sebagian materi yang slama ini guru transformasikan kepadaku. Dan tidak sedikit guru guru SMA ku kecewa pada penurunan prestasiku, padahal selama aku SMA aku diberikan beasiswa (SPP gratis). Apa mungkin masalah wanita juga mempengaruhi prestasiku??, padahal aku kenal cinta itu hanya pada kelas XII saja dan itupun biasa dikatakan cinta tak sampai alias “tidak berani nembak” pada zona itu aku merasakan keindahan yang sungguh tak wajar bagi kehidupanku, walaupun hanya pengakuanku saja dan si cewek menganggapnya biasa biasa saja dan menganggap kehadiranku sebagai angin lewat yang tak perlu diberi sapa dan senyum, namun setidaknya mengenalinya berikan aku semangat untuk berangkat sekolah. Emang benar kata pepatah “di balik kekuatan seorang lelaki, pasti ada sosok wanita yang hebat dibelakangnya”. Kata bijak itu dalam kehidupanku hanya mengantarkanku untuk semangat masuk dan tidak bolos sekolah, dalam hal prestasi tetap saja tidak ada peningkatan.
Detik detik ujian Nasional mulai merempet dihadapan mata telanjangku, hingga aku memutuskan untuk mengikuti les mata pelajaran yang akan diunaskan, kebetulan sekolah menyediakan les itu, sehingga mudah bagiku untuk mengikutinya. Tiga bulan aku paksakan semua tenaga dan pikiranku untuk focus ke Ujian Nasional, sampai akhirnya tiba hari itu dan seakan semua mata pelajaran yang telah aku dalami hilang semua saat aku mengerjakan UNAS itu, rasa cemas bercampur takut terus menghantuiku paska aku melewati hari hari ujian Nasuinal itu, isu isu banyaknya yang tidak lulus terus menjadi sarapan pagiku saat bertemu sama teman temanku.
Doa doa pengharapan terus terpanjatkan seiring menanti pengumuman kelulusan, tepatnya pada 13 April semua siswa angkatanku dipanggil sekolah, pada ssat itu juga kepala sekolahku memberikan sebuah pengarahan bagi siswa yang nantinya tidak lulus, selaku siswa yang tidak berprestasi sudah barang tentu yang namanya ketakutan terus melahirkan keringat keringat yang membasahi baju putih abu abuku. Tapi yang terjadi, Alhamdulillah semua siswa angkatanku yang berjumlah 600 siswa/siswi lulus 100%, rasa syukurku ku panjatkan di tengah lapangan SMA ku seraya mengikuti arus pergaulan teman teman yang mencorat coret baju putihku, saking bahagianya kita merayaknnya dengan konvoi disepanjang jalan sampai larut malam dan sholatpun terasa tak penting lagi.
Rasa bangga orang tua mulai terwakili oleh airmatanya disaat surat kelulusanku aku kirimkan kepada orang tuaku di Desa. Ya ! walaupun hanya lulus relative rendah nilaiku, karena orang tuaku menganggap bahwa lulus di Ujian Nasional itu sangatlah sulit dan memerlukan pemikiran yang cerdas dan cermat, jadi mereka hanya luluspun salah satu pretasi besar. Tak menutup kemungkinan kebahagiaan orang tuaku bertambah ketika hari wisuda purma SMA di selenggarakan oleh sekolah.
Namun disamping keluarga, aku juga mempunyai kehidupan yang derajtanya sebanding dengan keluarga dalam mengisi warna dalam kehidupanku. Ya ! itu sahabat. Sebagian orang mengatakan masa lalu bersama sahabat lambat laun akan pudar oleh gesekan waktu, tapi lain halnya dengan aku yang slalu menomersatukan sahabat, karena bagaimanapun peranan sahabat dalam perkembangan mentalitas dan moralitas sangat mendukung. Berbicara tentang persahabatan, jujur ! walaupun aku lelaki tapi semasa awal aku masuk di sekolah SMP dan SMA kota, aku  masih mengalmi kendala pergaulan, rasa takut salah dalam bergaul seringkali meninabobokan aku untuk berdiam sendiri dibalik keramaian sekolah, mungkin ke introfiteanku itu sebagian besar karena ummi dan abiku slalu memerlakukan kau denga rada kasar di masa kecilku. Dan sadarpun melintasi arah pikiranku, tepatnya kelas XII SMA saya mulai membiasakan diri untuk berkumpul sama temen.
Di tengah prekonomian keluargaku yang mulai gak karuan,waktu memaksaku berjalan untuk menatap masa depan, meski hati keciku berbisik tentang ketidak sanggupan. Dengan bermodalkan 200 ribu aku beranikan melangkah ke kota Surabaya guna mengikuti test seleksi masuk perguruan tinnggi se Indonesia jalur bidik misi.Tepatnya pada bulan agustus 2012 aku diterima di kampus hijau UIN MALIKI Malang, rasa senang dan bangga menyelimuti segelintir orang disekitarku. Pasalnya temenku yang ikut seleksi ini gak ada yang diterima, akulah satu satunya yang dipercaya oleh allah untuk belajar dan memperdalam keilmuanku.
Pernak pernik airmata dan doa pengharapan terpancar dari rawut wajah abi dan ummiku, disaaat aku harus pergi merantau ke kota malang. Rasa tak rela mulai jelas dan terang ketika pelukan semua yang aku cinta erat dan melekat, seakan memberikan aku ambigu latin untuk penggapain asaku, tapi perasaan biarlah tak rela, yang penting aku akan berjuang demi air mata yang kalian cucurkan pada hari itu. “ Abi dan Ummiku, doakan anakmu ini, aku sayang abi dan Ummi”..
Malang, 22 oktober 2013.